Sabtu, 27 Juni 2015

Psikoterapi (Logoterapi)

A. Konsep-konsep Dasar Logoterapi

Logoterapi berasal dari kata logos dalam bahasa Yunani yang berarti makna dan kata terapi yang berarti penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari secara tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak menggurui atau berkotbah melainkan pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas hidupnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya sendiri.
Konseling logoterapi merupakan bagian dari pendekatan eksistensial yang diperkenalkan oleh Viktor Frankl pada tahun 1992 dalam bukunya, Man’s Searching for Meaning (Glassman, dalam Uswatun, 2013). Frankl berpendapat bahwa gangguan yang dialami individu merupakan hasil dari kegagalan mencari makna hidup yang biasanya diperoleh dari penderitaan dan kehilangan, serta kegagalan dalam membuat pilihan yang bermakna dan memaksimalkan potensi individu (Gladding, 2004). Frankl berpendapat bahwa setiap saat terdapat kesempatan baru untuk membuat pilihan dan menciptakan apapun (Bekerian & Levey, 2005; Bastaman, 2007).
Psikoterapi logoterapi adalah salah satu bentuk terapi non farmakologik. Prinsip utama yang terdapat dalam logoterapi mengenai makna hidup manusia dan pengembangan spiritual pada individu ini sesuai untuk diterapkan pada pasien-pasien lanjut usia yang mengalami gangguan somatik maupun psikis (Bastaman, dalam Fatimah, 2009). 

B. Pedoman Pelaksanaan Logoterapi

a. Sesi 1 : Mengidentifikasi perubahan dan masalah yang dialami klien
Sesi ini diawali dengan membina hubungan yang baik dan nyaman antara terapis dan klien. Pada tahap ini terapis memperkenalkan diri, menanyakan perasaan klien, menjelaskan tujuan serta manfaat dari logoterapi. Sesi ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi selama klien menderita masalah yang dihadapi.

b. Sesi 2 : Mengidentifikasi reaksi dan cara mengatasi masalah
Pada sesi ini klien diminta untuk mengungkapkan reaksi atau respon terhadap masalah yang dialami oleh klien. Adapun respon tersebut meliputi respon fisiologi, perilaku, afektif, dan kognitif. Terapis menanyakan kepada klien cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, bagaimana hasilnya serta mengidentifikasi masalah yang belum teratasi. 

c. Sesi 3 : Teknik medical ministry
Pada sesi ketiga ini terapis membantu masalah klien dan mendiskusikannya melalui teknik medical ministry. Pada sesi ini terapis membantu merealisasikan nilai-nilai bersikap (the attitude values) sebagai salah satu sumber dalam menemukan makna hidupnya. Teknik pendalaman nilai-nilai bersikap yaitu merenungkan penderitaan yang pernah dialami oleh klien, dengan : mengingat kembali suatu penderitaan yang pernah dialami pada waktu lalu, bagaimanakah perasaan waktu lalu, bagaimanakah cara mengatasinya, bagaimanakah perasaan kita sekarang atas pengalaman tersebut, pelajaran apa yang kita peroleh dan hikmah apa yang ada dibalik penderitaan ini. Selain itu klien juga diminta untuk menghubungi kenalan yang pernah mengalami penderitaan yang sama dan telah berhasil mengatasinya, menanyakan pelajaran dan hikmah apa yang diperolehnya dari peristiwa itu, selanjutnya membandingkan dengan keadaan sekarang. 

d. Sesi 4 : Evaluasi
Evaluasi ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan logoterapi melalui teknik medical ministry, menemukan makna hidup yang klien dapatkan dan mampu menerima perpisahan (kenyataan). Terapis mendiskusikan bersama klien yang sudah dan belum teratasi. Pada akhir sesi ini, terapis mendiskusikan rencana tindak lanjut dari masalah yang belum teratasi. 

C. Contoh Kasus

Penyakit Hipertensi adalah penyakit yang menyerang pembuluh darah dan akan mengakibatkan tekanan darah didalam tubuh seseorang menjadi naik secara drastis, orang yang mengalami sakit hipertensi jika sudah tidak terkontrol akan menyebabkan stroke bahkan bisa menyebabkan resiko kematian yang tinggi. Seperti dilansir oleh Tribunnews.com pada tahun 2014, Guru Besar Departemen Penyakit Dalam FKUI Prof.Dr.dr. Suhardjono, mengatakan masyarakat tidak boleh menyepelekan penyakit hipertensi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevelansi penyakit hipertensi di Indonesia termasuk tinggi yaitu sebesar 12,8 persen. Ini menandakan penyakit hipertensi belum mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Pencegahan hipertensi dapat dimulai dengan memeriksakan tekanan darah secara rutin. Tekanan darah yang normal bagi orang dewasa yaitu 120/80 mm/HG atau di bawah 14/90. Sementara di bawah kisaran 150/90 mm/HG bagi lanjut usia (di atas 60 tahun). Adapun penyebab hipertensi diantaranya, perubahan pola hidup dan konsumsi, kurang olahraga, usia, kolestrol, obesitas (kegemukan), stres, rokok, dan kafein. Maka dari itu, terapi yang cocok untuk penyembuhan penyakit hipertensi adalah menggunakan Logoterapi, yaitu percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. 



Daftar Pustaka :
Fatimah, A. (2009). Pengaruh logoterapi terhadap hipertensi pada pasien lanjut usia. Jurnal Kedokteran Indonesia. Vol. 1, No. 2, 146-153.
Uswatun, H. (2013). Konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup lansia. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Vol. 1, No. 2, 190-198.